Belajar Hidup dari Seorang Santri
Tak ada satupun anak di dunia yang ingin menjadi yatim piatu. Namun, jika takdir menghendaki demikian, juga tak ada yang bisa menolaknya. Demikian pula yang dialami oleh Mohammad Evan Apriliansah. Yatim piatu sejak usianya menginjak 7 tahun. Ibunya meninggal karena infeksi lambung. Kala itu Evan masih berusia 3 tahun. Kesedihannya pun menjadi tak terbendung saat ayahnya juga meninggal karena kangker paru-paru.
Saat umur 4 tahun, sejatinya Evan telah dititipkan oleh ayahnya di Panti Asuhan Yatim dan Sosial Al-Hasan, Karah, Surabaya. Di samping karena kondisi ayahnya yang sakit-sakitan, juga karena kakak perempuannya yang sejak lama tinggal di sana. Tinggal di Panti jadi keberkahan tersendiri bagi Evan. Karena di tempat ini dia kembali menemukan sosok orang tua yang mengasihi dan menyayanginya setiap waktu. Mereka adalah para Pengurus yang hampir 24 jam tinggal bersama Evan dan anak asuh lainnya.
Ia bersyukur Allah telah mengirimnya ke tempat yang tepat. Baginya, Panti Asuhan Yatim dan Sosial Al-Hasan, Karah, Surabaya, layaknya rumah sendiri, tempat ia menimba ilmu, mengasah diri, mencurahkan banyak hal dan tempat di mana ia menjadi diri sendiri. Tidak hanya itu, menjadi anak yang disayangi layaknya anak lainnya, membuat ia semakin betah tinggal di Panti, hingga tak terasa hampir 10 tahun ia bermukim di tempat ini.
Hidup tanpa orang tua tidak lantas membuat Evan menjadi anak yang lemah dan mudah putus asa. Sebaliknya, semua itu menjadi pelejit untuk tumbuh menjadi anak yang tangguh. Karena dia yakin pada setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Apalagi, di Panti Asuhan banyak orang-orang yang baik. Dia beruntung, di sana ada orang tua asuh yang selalu mengasihi, ada teman-teman yang ada saat suka maupun duka.
Kisah Evan adalah pelajaran berharga bagi kita, bahwa hidup adalah perjuangan. Meski sedari kecil ditinggal orang tua, dia tidak pernah patah semangat. Karena bagi dia, bersungguh-sungguh menjalani hidup adalah bentuk pengabdiannya kepada orang tua. Apalagi masih banyak orang yang peduli dan sayang kepadanya, itulah salah satu alasan kenapa dia tidak pernah menyerah kepada keadaan.
Beruntung bagi kita yang masih ada orang tua. Masih ada waktu untuk mengabdi kepada mereka. Karena orang tua adalah orang yang paling berjasa bagi hidup kita. Jangan pernah sia-siakan mereka. Karena kita baru akan merasa kehilangan, ketika orang yang kita sayang sudah tiada. Banyak yang tidak punya kesempatan untuk mengabdi kepada orang tua. Seperti Evan misalnya, dia hanya bisa mengabdi lewat untaian doa di setiap sujudnya. Semoga, dia tumbuh menjadi anak yang sholeh, yang membanggakan kedua orang tuanya.
Mari wujudkan cita-cita mereka, bersama Panti Asuhan Yatim dan Sosial Al-Hasan, Karah, Surabaya.
Semoga niat baik kita seiring dengan ridha dan maunah dari Allah SWT. dan dinilai sebagai amal jariyah di sisi-Nya. Aamiin.
Labels:
Sosok
Many of the ancestors of contemporary tables games are no longer broadly performed. 카지노사이트 People in the Iranian plateau and Caucasus area, particularly in Azerbaijan, Iran, Armenia, Georgia, Uzbekistan and Russia, are very keen on taking part in} narde. All 15 of a participant's counters are initially positioned on his own 24-point, however there is a major difference.
BalasHapus